Spiga

Pengertian Puisi

salam semangat dan bersahabat...:)

"ketika aku membaca sebuah puisi, kurasakan sedang berdialog dengan jiwa. kedahsyatan kata yang terangkai kadang membuat hatiku luluh. di sana, ada kekuatan yang membuat embun di sudut mataku mencair..._serly"


“Puisi adalah seni dari segala seni”. Kutipan dari perkataan Popo Iskandar seorang pelukis dan budayawan dari Bandung.

Puisi adalah pernyataan dari keadaan atau kualitas hidup manusia. Membaca puisi berarti berusaha menyelami diri sampai ke intinya. Apabila seseorang ingin menikmati puisi, ia harus memiliki kemampuan untuk menempatkan dirinya sebagai penyair.
Ada sebuah cerita, sang penyair Moh. Iqbal kelahiran Sialkot – Punjab 22 pebruari 1873, keturunan dari Brahmana yang berasal dari Kashmir. Ia membacakan sebuah puisi karyanya di depan seorang filosof besar Prancis, yang ketika itu sakit lumpuh dapat terlompat berdiri dari kursinya, karena tergugah oleh keadaan isi puisi sang penyair (judul;LA TASUBU DZAHRA;Jangan Melalaikan waktu). Isi puisi itu mengambil tema dari hadist Nabi.

Timbul pertanyaan pada diri kita, mengapa bisa terjadi seprti itu ?. Jawabnya tidak lain adalah, karena karya cipta sastra (terutama puisi) lebih dekat dengan kehidupan kita. Puisi di gali dari kehidupan. Jadi, antara hidup dan puisi tak ada jarak pemisah, hidup adalah manifestasi puitis.

“Saya mencintai puisi” kata sang penyair, “sebagaimana saya mencintai hidup ini”.

Bagaimana kita membaca puisi dengan baik dan sampai sasaran / tujuan makna dari puisi yang kita baca sesuai maksud Sang Penyair.

Ada beberapa tahapan yang harus di perhatikan oleh sang pembaca puisi, antara lain :

1. Interpretasi : penafsiran / pemahaman makna puisi.
Dalam proses ini di perlukan ketajaman visi dan emosi dalam menafsirkan dan membedah isi puisi. Memahami isi puisi adalah upaya awal yang harus dilakukan oleh pembaca puisi, untuk mengungkap makna yang tersimpan dan tersirat dari untaian kata yang tersurat.

2.Vocal
a.Artikulas:Pengucapan kata yang utuh dan jelas, bahkan di setiap hurufnya.

b.Diksi:Pengucapan kata demi kata dengan tekanan yang bervariasi dan rasa.

c.Tempo:Cepat lambatnya pengucapan (suara). Kita harus pandai mengatur dan menyesuaikan dengan kekuatan nafas. Dimana harus ada jedah, dimana kita harus menyambung atau mencuri nafas.

d.Dinamika:Lemah kerasnya suara (setidaknya harus sampai pada penonton terutama pada saat lomba baca puisi). Kita ciptakan suatu dinamika yang prima dengan mengatur rima dan irama, naik turunnya volume dank eras lembutnya diksi, dan yang penting menjaga harmoni di saat naik turunnya nada suara.

e.Modulasi : Merubah (perubahan) suara dalam membaca puisi.
f.Intonasi : Tekanan dan laju kalimat.
g.Jedah : Pemenggalan sebuah kalimat dalam puisi.
h.Pernafasan : Biasanya dalam puisi yang di gunakan adalah pernafasan perut.

3.Penampilan : salah satu factor keberhasilan seseorang membaca puisi adalah kepribadian atau performance diatas pentas. Usahakan terkesan tenang, tak gelisah, tak gugup, berwibawadan meyakinkan (tidak demam panggung).

a.Gerak:Gerakan seseorang membaca puisi harus dapat mendukung isi dari puisi yang dibaca. Gerak tubuh atau tangan jangan sampai klise.

b.Komunikasi : Pada saat kita membaca puisi harus bias memberikan sentuhan, bahkan menggetarkan perasaandan jiwa audience.

c.Expresi:Tampakkan hasil pemahaman, penghayatan dan segala aspekdiatas dengan ekspresi yang pas dan wajar (don’t overact).

d.Konsentrasi:Pemusatan pikiran terhadap isi puisi yang akan kita baca.
Dengan pemaparan tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa membaca puisi bukan sekedar menyampaikan arus pemikiran penyair, tapi kita juga harus menghadirkan jiwa sang penyair. Kita harus menyelami dan memahami proses kreatif sang penyair, bagaimana ia dapat melahirkan karya puisi.
READ MORE - Pengertian Puisi

Kata Sapaan Diri

Kata sapaan diri boleh dibahagikan mengikut situasi formal dan tidak formal. Dalam situasi tidak formal, biasanya seseorang penutur akan menggunakan kata-kata sapaan yang mengambarkan ciri-ciri keakraban. Kata kata ganti yang mempunyai hubungan dengan bahasa halus yang sering digunakan ialah:

Tuan : merujuk kepada mereka yang mempunyai kedudukan, orang yang mempengerusikan majlis, rujukan hormat kepada hadirin dalam sesuatu majlis rasmi oleh orang yang memberi ucapan dan untuk merujuk jawatan yang tinggi seperti tuan profesor.

Puan : merujuk orang perempuan yang sudah berkahwin, rujukan hormat kepada hadirin wanita dalam sesuatu majlis, rujukan kepada orang perempuan yang tinggi kedudukannya.

Encik : digunakan untuk merujuk orang lelaki yang kedudukannya lebih tinggi daripada penutur. Sesuai digunakan untuk merujuk orang yang belum dikenali.

Cik : digunakan untuk merujuk orang perempuan yang belum berkahwin dan orang perempuan yang berjawatan lebih tinggi daripada penutur.

Saudara : digunakan untuk merujuk orang yang baru dikenali,yang setaraf dengan penutur, rujukan kepada hadirin dalam sesuatu majlis untuk menimbulkan suasana yang lebih mesra.

Saya : digunakan sebagai kata ganti diri pertama tunggal, apabila bertutur dengan orang yang dihormati dan mempunyai status yang lebih tinggi, apabila bertutur dengan orang yang baru dikenali, apabila berada dalam majlis atau situasi rasmi.

Aku : digunakan dalam situasi tidak formal, kepada kenalan rapat, kepada orang yang kedudukannya lebih rendah daripada penutur, untuk menimbulkan suasana kemesraan, tidak sesuai digunakan kepada orang yang belum dikenali dan orang yang kedudukannya lebih tinggi daripada penutur.

Patik / hamba : digunakan oleh rakyat biasa untuk merujuk dirinya apabila bertutur dengan raja atau kerabatnya.

Beta: digunakan oleh raja sebagai kata ganti diri pertama apabila bertutur dengan rakyatnya.

Engkau : digunakan dalam situasi tidak formal kepada kenalan rapat, kepada orang yang kedudukannya lebih rendah, tidak boleh digunakan kepada orang yang dihormati atau mereka yang kedudukannya lebih tinggi daripada penutur.

Kamu / awak : digunakan sebagai kata ganti diri kedua tunggal dalam situasi formal, boleh ditujukan kepada pendengar tanpa mengira peringkat umur, tidak menunjukkan hubungan yang rapat atau mesra antara penutur dengan pendengar.

Anda : digunakan sebagai kata ganti diri kedua tunggal dalam situasi formal, boleh ditujukan kepada pendengar tanpa mengira peringkat umur, tidak menunjukkan hubungan yang rapat atau mesra antara penutur dengan pendengar.

Beliau : digunakan sebagai kata ganti diri ketiga tunggal, orang itu mempunyai kedudukan yang tinggi dan dihormati.


Gelaran Diraja atau Istana

Bahasa diraja bermaksud segala perbendaharaan kata atau rangkai kata yang digunakan oleh orang kebanyakan apabila bertutur dengan raja, yaitu perkataan-perkataan yang tidak digunakan kepada orang kebanyakan, tetapi khas kepada raja sahaja.
Bahasa ini dapat dibahagikan kepada dua, yaitu:

(a) Ungkapan rutin bahasa, yang digunakan dalam situasi tertentu seperti majlis penghormatan, menjunjung kasih, memulakan sembah, istiadat penganugerahan bintang kebesaran dan sebagainya. Ungkapan rutin bahasa yang sering digunakan adalah seperti ampun tuanku beribu-ribu ampun, sembah patik harap diampun, daulat tuanku, menjunjung duli tuanku dan sebagainya.

(b) Ungkapan perbendaharaan kata leksis, Yaitu perbendaharaan kata yang sering digunakan dalam bahasa diraja ini menggunakan imbuhan, seperti imbuhan ‘memper-‘ dan ‘-kan’. Penggunaan imbuhan tersebut berfungsi sebagai tanda kemegahan, keagunan dan kesungguhan. Contoh kata: mempertinggi, memperbesar, memperhamba, mempersembah, memperkenan dan sebagainya.

Akhiran ‘-nda’ dan ‘-anda’ digunakan sebagai tanda penghormatan untuk perkataan-perkataan ayahanda, ibunda, cucunda, anakanda, kekanda dan nenda. Penggunaan bahasa diraja/istana yang lain turut menggambarkan perbezaan darjat, terutamanya antara golongan raja dengan orang bangsawaan. Perkataan beradu, bersiram, bersemayam, santap, gering dan sebagainya memberi taraf yang tinggi kepada golongan raja. Penggunaan patik pula yang bermaksud anak anjing menggambarkan taraf rendah golongan bawahan.

Perkataan-perkataan lain yang sering digunakan dalam neka bahasa istana ialah seperti: .
Anugerah -beri
Ampun -maaf
Beradu -tidur
Bersemayam -duduk
Gering -sakit
Gerhana –berdukacita

Sebutan diri dalam bahasa diraja dapat dibahagikan kepada ganti nama diri dan kata kekeluargaan. Ganti nama diri yang biasa digunakan ialah beta dan patik. Beta digunakan oleh raja apabila bercakap dengan orang yang lebih rendah tarafnya. Patik pula merujuk kepada kata diri orang pertama atau ketiga seperti patik-patik itu atau patik-patik tersebut.

Antara ungkapan dan maksud bahasa diraja yang sering digunakan ialah:
a) Ampun Tuanku beribu-ribu ampun, sembah patik harap diampun
yang bermaksud selamat pagi atau selamat sejahtera.
b) Patik menjunjung kurnia Duli Tuanku kepada patik
yang bermaksud terima kasih banyak-banyak.
c) Patik memohon ampun dan kurnia ke bawah Duli Tuanku
yang bermaksud penutur menolak sesuatu daripada raja.

(Dipetik dan diolah daripada “Bahasa Kebangsaan (A)” oleh Kamarudin Husin dan Siti Hajar Abdul Aziz)
READ MORE - Kata Sapaan Diri

UNSUR KALIMAT BAHASA INDONESIA

salam semangat dan bersahabat:)__

Kalimat adalah:
Satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan suatu pikiran yang utuh . Dalam suatu kalimat terdiri dari beberapa unsur antara lain subyek,predikat, obyek ,pelengkap dan keterangan.

Kalimat dikatakan sempurna jika minimal memliki unsur Subyek dan Predikat.
1. Ciri-Ciri Subjek
• Jawaban atas Pertanyaan Apa atau Siapa kepada Predikat.
Contoh :

1. Juanda memelihara binatang langka
Siapa memelihara? Jawab : Juanda. (maka juanda adalah S sedangkan
memelihara adalah )
Siapa atau apa Binatang langka ? = tidak ada jawaban

2. Meja itu dibeli oleh paman.
Apa dibeli ? = jawab Meja
• Biasanya disertai kata itu,ini,dan yang (yang ,ini,dan itu juga sebagai pembatas antara subyek dan predikat)
Contoh : Anak itu mengambil bukuku


2 Ciri-Ciri Predikat

• Menimbulkan Pertanyaan apa atau siapa.
Dalam hal ini jika predikat maka dengan pertanyaan tersebut akan ada jawabannya.
Perhatikan pada Subyek diatas. Subyek dan predikat ditentukan secara bersama-sama.

• Kata Adalah atau Ialah
Predikat kalimat dapat berupa kata adalah atau ialah. Kalimat dengan Predikat demikian itu terutama digunakan pada kalimat majemuk bertingkat anak kalimat pengganti predikat.

• Dapat Disertai Kata-kata Aspek atau Modalitas
Predikat kalimat yang berupa verba atau adjektiva dapat disertai kata-kata aspek seperti telah, sudah, sedang, belum, dan akan. Kata-kata itu terletak di depan verba atau adjektiva. Kalimat yang subjeknya berupa nomina bernyawa dapat juga disertai modalitas, kata-kata yang menyatakan sikap pembicara (subjek), seperti ingin, hendak, dan mau.

3 Ciri-Ciri Objek
Predikat yang berupa verba intransitif (kebanyakan berawalan ber- atau ter-) tidak memerlukan objek, verba transitif yang memerlukan objek kebanyakan berawalan me-. Ciri-ciri objek ini sebagai berikut.

• Langsung di Belakang Predikat
Objek hanya memiliki tempat di belakang predikat, tidak pernah mendahului predikat.
• Dapat Menjadi Subjek Kalimat Pasif
Objek yang hanya terdapat dalam kalimat aktif dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif. Perubahan dari aktif ke pasif ditandai dengan perubahan unsur objek dalam kalimat aktif menjadi subjek dalam kalimat pasif yang disertai dengan perubahan bentuk verba predikatnya.
• Didahului kata Bahwa
Anak kalimat pengganti nomina ditandai oleh kata bahwa dan anak kalimat ini dapat menjadi unsur objek dalam kalimat transitif.

4 Ciri-Ciri Pelengkap
Perbedaannya terletak pada kalimat pasif. Pelengkap tidak menjadi subjek dalam kalimat pasif. Jika terdapat objek dan pelengkap dalam kalimat aktif, objeklah yang menjadi subjek kalimat pasif, bukan pelengkap. Berikut ciri-ciri pelengkap.

• Di Belakang Predikat
Ciri ini sama dengan objek. Perbedaannya, objek langsung di belakang predikat, sedangkan pelengkap masih dapat disisipi unsur lain, yaitu objek.

Contohnya terdapat pada kalimat berikut.
a) Diah mengirimi saya buku baru.
b) Mereka membelikan ayahnya sepeda baru.
Unsur kalimat buku baru, sepeda baru di atas berfungsi sebagai pelengkap dan tidak mendahului predikat.

• Hasil jawaban dari predikat dengan pertanyaan apa.
Contoh :
a. Pemuda itu bersenjatakan parang.
Kata parang adalah pelengkap.
Bersenjatakan apa ? jawab parang ( maka parang sebagai pelengkap )
b. Budi membaca buku.
Membaca apa ? jawab buku (buku sebagai obyek karena dapat
menempati Subyek)

5. Ciri-Ciri Keterangan
Ciri keterangan adalah dapat dipindah –pindah posisinya . perhatikan contoh berikut:
Cintya sudah membuat tiga kue dengan bahan itu.
S P O K
Dengan bahan itu Cintya sudah membuat tiga kue .
Cintya dengan bahan itu sudah membuat tiga kue.
Dari jabatan SPOK menjadi KSPO dan SKPO .Jika tidak dapat di pindah maka bukan keterangan.
READ MORE - UNSUR KALIMAT BAHASA INDONESIA

Gaya Bahasa

Gaya Bahasa Berdasarkan Struktur Kalimat

Salam semangat dan bersahabat:)

Yang dimaksud dengan struktur kalimat di sini adalah kalimat bagaimana tempat sebuah unsur kalimat yang dipentingkan dalam kalimat tersebut. Ada kalimat yang bersifat periodik, bila bagian bila bagian yang terpenting atau gagasan yang mendapat penekanan ditempatkan pada akhir kalimat. Ada kalimat yang bersifat kendur, bila bagian kalimat yang mendapat penekanan ditempatkan pada awal kalimat. Kalimat yang sifatnya berimbang jika dua bagian kalimat atau lebih kedudukannya sama tinggi.

Gaya- gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat adalah:

1. KLimaks
Disebut juga sebagai gradasi. Apabila kalimat itu terbentuk dari beberapa gagasan yang berturut- turut semakin tinggi kepentingannya, maka ia disebut anabasis.
Contoh klimaks

Kami mendoakan agar pada suatu waktu_kapan saja waktunya_ mereka dapat berdiri sendiri, bukan supaya mereka tidak bisa tinduk di bawah pengaruh kita, mengabdi dan berbakti kepada kita, tetapi karena justru inilah keadilan sosial yang selama ini kita perjuangkan

2. Antiklimaks
Dihasilkan oleh kalimat yang berstruktur mengendur. Antiklimaks sebagai gaya bahasa merupakan suatu acuan yang gagasan- gagasannya diurutkan dari yang terpenting berturut- turut ke gagasan yang kurang penting. Antiklimaks dapat dipakai sebagai suatu istilah umum yang masih mengenal spesifikasi lebih lanjut.

“ Kita hanya dapat merasakan betapa besarnya perubahan dari bahasa Melayu ke Bahasa Indonesia, apabila kita mengikuti pertukaran pikiran, polemic, dan pertentangan yang berlaku sekitar bahasa Indonesia antara pihak guru sekolah lama dengan angkatan penulis baru sekitar tahun tiga puluhan, antara para guru dengan pihak jurnalis yang masih terdengar gemanya dalam Kongres Bahasa Indonesia dalam tahun 1954.

3. Paralelisme
Gaya bahasa yang berusaha mencapai kesejajaran dalam pemakaian kata- kata atau frasa- frasa yang menduduki fungsi yang sama dalam bentuk gramatikal yang sama.
Contoh

Sangatlah ironis terdengar, kita hidup kelaparan dalam sebuah Negara yang subur dan kaya, serta mati terbunuh dalam sebuah negeri yang sudah merdekan.

4. Antitesis
Gaya bahasa yang mengandung gagasan- gagasan yang bertentangan , dengan mempergunakan kata- kata atau kelompok kata yang berlawanan. Gaya ini timbul dari kalimat berimbang.
Contoh

Kaya- miskin, tua- muda, besar- kecil, semuanya mempunyai kewajiban terhadap keamanan bangsa dan Negara.

5. Repetisi
Adalah perulangan bunyi, suku kata, kata atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk member tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai.
Contoh

Atau maukah kau pergi bersama serangga- serangga tanah, pergi bersama kecoak- kecoak, pergi bersama mereka yang menyusupi tanah, menyusupi alam?
READ MORE - Gaya Bahasa

Gaya Bahasa

Macam- macam Perubahan Makna

Salam semangat dan bersahabat:)

Ada beberapa perubahan makna yang penting kita ketahui. Hal ini dapat membantu kita untuk memahami makna dari sebuah kata atau kalimat yang didengar atau yang hendak di ucapkan. Diantaranya ialah:

1. Perluasan Arti
Adalah suatu proses perubahan makna yang dialami sebuah kata yang tadinya mengandung sebuah makna yang khusus, tetapi kemudian meluas sehingga melingkupi sebuah makna yang lebih umum.
sebagai contoh pada kata bapak dan saudara
Dahulu, kata putra dan putri adalah sebutan untuk anak- anak raja.
Saat ini, kata putra dan putri untuk sebutan pada anak laki- laki dan wanita.


2. Penyempitan Arti
Hal ini merupakan kebalikan dari penjelasan di atas. Penyempitan arti sebuah kata adalah sebuah proses yang dialami sebuah kata di mana makna yang lama lebih luas cakupannya dari makna yang baru.
Sebagai contoh pada kata sarjana
Dahulu, kata sarjana adalah sebutan untuk semua orang cendikiawan.
Sekarang, kata sarjana dipakai untuk gelar lulusan universitas (sederajat)

3. Ameliorasi
adalah suatu proses perubahan makna, di mana arti yang baru dirasakan lebih tinggi dan lebih baik nilainya dari arti yang lama.
kata wanita dirasakan memiliki nilai lebih tinggi dari perempuan.
kata pria dirasakan memiliki nilai rasa yang lebih tinggi dari kata laki- laki.

4. Peyorasi
Peyorasi merupakan kebalikan dari ameliorasi. Arti kata yang baru dirasakan memiliki nilai rasa yang lebih rendah dari sebelumnya. Peyorasi berkaitan erat dengan sopan santun yang dituturkan dalam kehidupan masyarakat. Ada kata yang harus diucapkan terus terang, tetapi ada juga yang harus disembunyikan.

Kata 'kaki tangan' dulu dipakai dalam arti yang baik yaitu 'pembantu', tetapi saat ini, kata 'kaki tangan' memiliki nilai rasa yang lebih rendah atau sesuatu yang dianggap negatif.

5.Metafora
adalah perubahan makna karena persamaan sifat antara dua objek. Ia merupakan pengalihan semantik berdasarkan kemiripan persepsi makna. Kata matahari, putri malam (bulan), pulau (empu laut), semuanya dibentuk berdasarkan metafora.

Salah satu sub-tife dari metafora adalah sinestesia, yaitu perubahan makna berdasarkan pergeseran istilah antara dua indra. misalnya pada kalimat berikut ini:
Suaranya terang kedengaran sampai sini.
Kata terang sebenarnya menyangkut masalah penglihatan, bukan pada pendengaran.

6. Metonimi
sebagai suatu proses perubahan makna terjadi karena hubungan yang erat antara kata- kata yang terlbat dalam suatu lingkungan makna yang sama, dan dapat diklasifikasi menurut tempat dan waktu, menurut hubungan isi dan kulit, hubungan antara sebab dan akibat.

contoh pada kata kota
kata kota tadinya berarti susunan batu yang dibuat mengelilingi sebuah tempat pemukiman sebagai pertahanan terhadap serangan dari luar.
Sekarang tempat pemukiman itu disebut kota, walaupun sudah tidak ada susunan batunya lagi.

(Gorys Keraf_Diksi dan Gaya Bahasa)
READ MORE - Gaya Bahasa

Contoh Dongeng

Kunang-Kunang
Pelita Hati

Musim kemarau berlangsung lama. Pada malam hari udara terasa sangat dingin dan siang hari terasa panas. Debu-debu beterbangan kian kemari. Sungai-sungai mulai surut airnya. Pada waktu itu kunang-kunang bertelur. Ikan-ikan juga bertelur.

Tidak berapa lama datanglah seekor katak.

”Kung-kong-kung-kong ...” suara katak mengejutkan suasana.

”Ha ... ha ... ha ... hari ini aku makan besar,” kata sang katak sambil makan telur ikan.

”Hai, katak, janganlah kamu berbuat sewenang-wenang! Jangan kamu makan telurku semua. Siapa yang akan menggantikan aku nanti bila anak-anakku mati?” tanya ikan khawatir.

’Ha ... ha ... tak perlu kau melarangku. Ini makanan kesukaanku,” sahut katak dengan suara lantang.

Tiba-tiba dari jauh tampak cahaya gemerlapan. Cahaya itu berasal dari kunang-kunang yang memberi pelita kepada kegelapan. Katak meloncat, takut dan malu atas kesombongannya serta tingkah lakunya. Ia sudah sering memperoleh nasihat dari kunang-kunang.

’Hai, kenapa kamu bersedih, Ikan?’ tanya kuang-kunang.

Ikan mengadukan nasibnya kepada kunang-kunang.

”Biarlah, balasan yang setimpal akan diperoleh katak. Bersabarlah dan berbuatlah kebaikan. Aku akan selalu membantumu,” hibur kunang-kunang.

Setelah kunang-kunang pergi, katak muncul dari persembunyian dan perutnya dibusungkan.

”Laporkan saja kalau aku yang makan,” kata katak sambil mengejek.


Katak terus memakan telur-telur Ikan. Katak tidak menyangka kalau seekor ular telah mengintainya. Dengan gerakan cepat ular menerkam Katak. Katak meronta kesakitan dan meminta pertolongan.

Mendengar teriakan Katak, Kunang-kunang segera datang. Melihat cahaya Kunang-kunang, Ular merasa malu. Cahaya kunang-kunang itu seakan-akan memberi malu kepada binatang untuk berbuat dosa.

Ular melepaskan mangsanya lalu pergi. Kaki Katak terluka sehingga tidak dapat melompat dengan sempurna. Katak jongkok sambil merintih kesakitan. Katak disuruh terjun ke air oleh kunang-kunang.

Ketika Katak sudah masuk dalam air, ikan datang mengeluarkan lendir. Diusap-usapnya luka pada kaki Katak sehingga darah berhenti mengalir. Katak jera atas kesombongannya.




KISAH DUA SAUDARA



Cerita ini berasal dari daerah di Tapanuli Utara di daerah Silahan, Kecamatan Lintong Nihuta.Konon dahulu ada dua orang bersaudara namanya Datu Dalu dan adiknya Sangmaima.Orang tuanya mempunyai sebuah tombak pusaka.sesuai dengan adat,jika orang tua meninggal maka tombak pusaka itu jatuh pada anak yang tertua.
Suatu ketika Sangmaima ingin meminjam tombak pusaka itu untuk berburu babi hutan.Datu dalu meminjamkan tombak itu kepada adiknya dengan syarat tombak itu harus dijaga baik-baik jangan sampai hilang.Sesampainya di kebun Sangmaima melihat seekor babi hutan sedang merusak tanamannya.tanda pikir panjang dia melempar babi hutan itu dengan tombaknya den mengenai lambung babi hutan itu.namun babi hutan itu masih sempat melarikan diri kesemak-semak tetapi ia hanya menemukan tombaknya saja sedangkan mata tombaknya masih melekat dilambung babi hutan itu.

Sangmaima segera pulang dan melapor kepada abangnya.dia sudah menduga kalau abangnya pasti marah besar karna mata tombaknya hilang entah kemana.”kamu harus mendapatkan kembali mata tombak itu !”seru abangnya.”Saya mohon maaf,Bang hari ini juga saya akan mencarinya.tanpa banyak bicara Sangmaima langsung pergi mencari mata tombak itu.Akhirnya ia menemukan lubang besar tempat persembunyian babi hutan. Ternyata lubang itu merupakan pintu gerbang sebuah istana bawah tanah.Disanalah Sangmaima menemukan mata tombak itu melekat ditubuh putri raja yang sedang sakit.ternyata babi hutan yang terkena tombaknya itu merupakan jelmaan putri raja.

Setelah ia menyembuhkan putri raja,diam-diam ia mengembalikan mata tombak kepada kakanya.Datu Dalu sangat gembira melihat kepulangan adiknya.Kegembiraan itu diujudkan denan pesta adat secara besar-besaran.sayangnya dalam pesta itu ia tidak mengundang adiknya.tindakan ini membuat adiknya tersinggung.lalu ia bermaksud mengadakan yang dihias dengan berbagaimacam bulu burung sehingga bentuknya menyerupai seekor burung ernga.Pesta dirumah Datu Dalu tumunya hanya sedikit.karna penasaran ia datang ketempat adiknya untuk melihat ada apa gerangan disana.ternyata tamu yang datang lebih banyak dan tertarik oleh tontonan.Maka Datu Dalu berniat untuk meminjam burung ernga untuk dijadikan tontonan dirumahnya.sangmaima meminjamkan dengan sarat kakanya harus menjaga jangan sampai burung ernga itu rusak atau hilang.Sangmaima lalu mengantarkan burung itu kerumah kakanya.Dia sendiri bersembunyi dilangit-langit rumah abangnya.Pada hari pertama pesta dirumah Datu Dalu cukup ramai karna adanya tontonan itu.malamnya diam-diam Sangmaima menemui wanita yang menjadi ernga.”besok pagi buta kamu harus meninggalkan tempat ini bawalah semua emas pakaian yang telah diberikan padamu” baik tuan.

Pada pagi hari yang kedua Datu Dalu bermaksud memenggil ernga untuk bernyanyi lagi dihadapan penonton.berulang-ulang dipanggil ernga tidak muncul.Datu Dalu cemas tidak mendapatkan ernga ditempatnya.Saat itulah Sangmaima datang mengingatkan perjanjian dengan abangnya tentang peminjaman burung ernga.Datu Dalu berusaha mengganti kerugian adiknya namun ditolak oleh adiknya.Akhirnya pertikaian tidak dapat dihindarkan lagi.kedua-duanya sangat kuat.Datu Dalu mengambil lesung lalu dilemparkan hingga jatuh dikampung Sangmaima.ajaibnya ditempat lesung itu jatuh menjadi sebuah danau yang kemudian disebut Danau Losung
READ MORE - Contoh Dongeng

APA ITU BERITA?

Memahami Apa Itu Berita

"salam semangat dan bersahabat untuk semua..."


Setiap berita ada cerita, setiap cerita ada rahasia. Berita lahir dari tangan penulis bukan dari peristiwa. Peristiwa adalah membantu melahirka berita. Lalu apa berita yang dimuat di media massa itu ?
Definisi klasik adalah berita adalah semua yang tercekat dalam surat kabar atau media cetak. Juga semua yang ditayangkan dengan audio atau video juga disebut berita.
Berita tidak semua peristiwa. Ini yang perlu dicamkan oleh seorang jurnalis. Banyak peristiwa yang terjadi tetapi tidak semua menjadi berita.

1.Pengertian berita
Sesungguhnya berita adalah hasil rekonstruksi tertulis dari realitas sosial yang terdapat dalam kehidupan. Itulah sebabnya ada orang yang beranggapan bahwa penulisan berita lebih merupakan pekerjaan merekonstruksikan realitas sosial ketimbang gambaran dari realitas itu sendiri.

Lalu, bagaimana mendefinisikan berita? Untuk keperluan definisi berita, bisa saja dikutip pendapat Nancy Nasution, yakni:
Laporan tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi, yang ingin diketahui oleh umum, dengan sifat-sifat aktual, terjadi di lingkungan pembaca, mengenai tokoh terkemuka, akibat peristiwa tersebut berpengaruh terhadap pembaca (Dalam Basuki 1983:1).

Bisa juga dikutipkan pendapat W.J.S. Purwadarminta, yang mengatakan bahwa
berita adalah laporan tentang satu kejadian yang terbaru (ibid). Kedua pengertian ini menimbulkan pendapat bahwa tidak semua yang tertulis dalam surat kabar atau majalah bisa disebut sebagai berita. Iklan dan resep masakan tidak bisa disebut berita. Yang disebut berita adalah laporan tentang sebuah peristiwa. Dengan perkataan lain, sebuah peristiwa tidak akan pernah menjadi berita bila peristiwa tersebut tidak dilaporkan.

2. Nilai-nilai berita
Tidak semua laporan tentang kejadian pantas dilaporkan kepada khalayak. Pertengkaran antara suami-istri orang kebanyakan tidak perlu dilaporkan kepada khalayak. Pekerjaan seorang dosen membimbing mahasiswa juga tidak perlu dilaporkan kepada khalayak. Mengapa? Di samping merupakan peristiwa rutin, kedua peristiwa tersebut juga tidak memiliki nilai berita.

Lalu, apa kriteria peristiwa yang patut dilaporkan kepada khalayak? Kriterianya hanya satu, yaitu peristiwa yang memiliki nilai berita. Nilai berita sendiri, menurut Julian Harriss, Kelly Leiter dan Stanley Johnson, mengandung delapan unsur, yaitu: konflik, kemajuan, penting, dekat, aktual, unik, manusiawi, dan berpengaruh (Harriss, Leiter dan Johnson 1981:29-33). Artinya, sebelum seseorang melaporkan sebuah peristiwa, ia perlu mengkonfirmasikannya dengan kriteria-kriteria tersebut.

Operasionalisasinya begini:

Konflik
Informasi yang menggambarkan pertentangan antar manusia, bangsa dan negara perlu dilaporkan kepada khalayak. Dengan begitu khalayak mudah untuk mengambil sikap.

Kemajuan
Informasi tentang kemajuan ilmu pengatahuan dan teknologi senantiasa perlu dilaporkan kepada khalayak. Dengan demikian, khalayak mengetahui kemajuan peradapan menusia. Penting Informasi yang penting bagi khalayak dalam rangka menjalani kehidupan mereka sehari-hari perlu segera dilaporkan kepada khalayak.

Dekat
Informasi yang memiliki kedekatan emosi dan jarak geografis dengan khalayak perlu segera dilaporkan. Makin dekat satu lokasi peristiwa dengan tempat khalayak, informasinya akan makin disukai khalayak.

Aktual
Informasi tentang peristiwa yang unik, yang jarang terjadi perlu segera dilaporkan kepada khalayak. Banyak sekali peristiwa yang unik, misalnya mobil bermain sepak bola, perkawanan manusia dengan gorila, dan sebagainya.

Manusiawi
Informasi yang bisa menyentuh emosi khalayak, seperti yang bisa membuat menangis, terharu, tertawa, dan sebagainya, perlu dilaporkan kepada khalayak. Dengan begitu, khalayak akan bisa meningkatkan taraf kemanusiaannya.

Berpengaruh
Informasi mengenai peristiwa yang berpengaruh terhadap kehidupan orang banyak perlu dilaporkan kepada khalayak. Misalnya informasi tentang operasi pasar Bulog, informasi tentang banjir, dan sebagainya. Jumlah unsur nilai berita yang harus dipenuhi setiap peristiwa sebelum
dijadikan berita berbeda pada setiap penerbitan pers. Ada surat kabar yang menetapkan hanya lima unsur nilai berita. Tetapi, ada juga yang enam unsur. Yang jelas, makin banyak sebuah peritiwa memiliki unsur nilai berita, makin besar kemungkinan beritanya disiarkan oleh penerbitan pers.

3. Jenis-jenis berita
Kalau kita sepakat bahwa yang menjadi bahan dasar berita adalah realitas sosial dalam bentuk peristiwa, maka jelas peristiwa itu bermacam-macam. Da peristiwa orang berseminar. Ada pula peristiwa pembunuhan. Bahkan ada peristiwa pembatalan SIUPP. Untuk memudahkan penggolongan jenis-jenis berita berdasarkan peristiwa yang terjadi dalam kehidupan manusia, Maryono Basuki membagi berita berdasarkan: (1) sifat kejadian; (2) masalah yang dicakup; (3) lingkup pemberitaan; dan (4) sifat pemberitaan (Basuki 1983:5).

Operasionalisasinya begini:

Berdasarkan sifat kejadian.
Terdapat empat jenis berita, yaitu:

1. Berita yang sudah diduga akan terjadi.
Misalnya: wawancara seorang wartawan dengan Goenawan Mohamad yang tampil dalam sebuah seminar.

2. Berita tentang peristiwa yang terjadi mendadak sontak.
Misalnya: peristiwa kebakaran kantor sentral telepon.

3. Berita tentang peristiwa yang direncanakan akan terjadi.
Misalnya: peristiwa peringatan Hari Lingkungan Hidup setiap 5 Juni.


4. Berita tentang gabungan peristiwa terduga dan tidak terduga.
Misalnya: peristiwa percobaan pembunuhan kepala negara pada acara peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.

Berdasarkan masalah yang dicakup.
Masalah di sini biasanya merujuk kepada aspek kehidupan yang ada di tengah-tengah masyarakat. Secara umum, terdapat empat aspek kehidupan manusia, yaitu: aspek sosial, ekonomi, politik, dan kebudayaan. Tetapi, seiring dengan perkembangan masyarakat, keempat aspek ini terasa tidak memadai lagi. Ia perlu dipecah lagi menjadi berbagai aspek. Karena itu, tidak ada salahnya menggolongkan jenis berita berdasarkan masalah yang dicakup menurut jumlah kementrian yang ada dalam Kabinet Pembangunan 6.

Atas dasar pemikiran ini, jenis-jenis berita tersebut menjadi: berita dalam negeri, berita luar negeri, berita hukum, berita sosial, berita pendidikan dan kebudayaan, berita pertanian, berita lingkungan hidup, berita perumahan, berita pemuda dan oleh raga, berita transmigrasi, berita kesehatan, berita ilmu pengetahuan, berita kopersi, berita pertanahan, berita penerangan, berita perindustrian, berita perbankan, berita perhubungan, berita perdagangan, berita kehutanan, berita agama, berita pertambangan, dan berita pangan.

Berdasarkan lingkup pemberitaan. Lingkup pemberitaan, biasanya,
dibagi menjadi empat bagian, yaitu lokal, regional, nasional, dan internasional. Sebuah berita disebut berlingkup lokal kalau peristiwa yang dilaporkannya terjadi di sebuah kabupaten dan akibatnya hanya dirasakan di daerah itu, atau paling-paling di kabupaten lain dalam propinsi yang sama. Sebuah berita disebut berlingkup nasional kalau pelaporan peristiwa yang terjadi di satu negara dapat dirasakan di negara lain.

Berdasarkan sifat pemberitaan. Sifat berita bisa dilihat dari isinya.
Ada isi berita yang memberitahu, mendidik, menghibur, memberikan contoh, mempengaruhi, dan sebagainya. Bisa saya sebuah berita mempunyai sifat lebih dari satu. Tetapi, sifat berita yang terutama adalah memberitahu.

4. Unsur-unsur berita
Secara umu, unsur-unsur berita yang selalu ada pada sebuah berita adalah: headline, deadline, lead, dan body (Basuki 1983:22-25).

Headline.
Biasa disebut judul. Sering juga dilengkapi dengan anak judul. Ia berguna untuk: (1) menolong pembaca agar segera mengetahui peristiwa yang akan diberitakan; (2) menonjolkan satu berita dengan dukungan teknik grafika.

Deadline.
Ada yang terdiri atas nama media massa, tempat kejadian dan tanggal kejadian. Ada pula yang terdiri atas nama media massa, tempat kejadian dan tanggal kejadian. Tujuannya adalah untuk menunjukkan tempat kejadian dan inisial media.

Lead.
Lazim disebut teras berita. Biasanya ditulis pada paragraph pertama sebuah berita. Ia merupakan unsur yang paling penting dari sebuah berita, yang menentukan apakah isi berita akan dibaca atau tidak. Ia merupakan sari pati sebuah berita, yang melukiskan seluruh berita secara singkat.

Body.
Atau tubuh berita. Isinya menceritakan peristiwa yang dilaporkan dengan bahasa yang singkat, padat, dan jelas. Dengan demikian body merupakan perkembangan berita.

5. Struktur berita
Struktur berita sangat ditentukan oleh format berita yang akan ditulis. Struktur berita langsung berbeda dengan beritaringan dan berita kisah. Tetapim, untuk berita langsung, menurut Bruce D. Itule dan Douglas A. Anderson, struktur yang lazim hanya satu, yaitu piramida terbalik (Itule dan Anderson 1987: 62-63).

Lead menunjukkan bagian permulaan berita yang paling penting.
Sedangkan piramida terbalik menunjukkan begian yang penting dari sebuah
berita pada bagian awal dan makin ke bawah makin kurang penting. Dengan
perkataan lain, seiring dengan menyempitkan piramida terbalik, berkurang
pula arti penting beritanya. Struktur seperti ini, di samping memudahkan
mengenali inti berita, juga memudahkan pemotongan bagian yang tidak
mungkin termuat.

(Sumber: Ditjen Pendidikan Tinggi Dep P dan K, 1978: 148)

Struktur (1) pada gambar memperlihatkan bahwa semua bagian berita sama pentingnya. Struktur ini sering menyertakan sub judul pada bagian body. Struktur(1) juga cocok untuk menyajikan berita secara kronologis.

Sedangkan struktur (2) memperlihatkan body, yang semakin ke bawah semakin berkurang bobotnya.

Struktur-struktur berita di atas bisa dipandang sebagai kerangka berita, yang akan diisi dengan fakta. Dalam mengisi kerangka berita, satu hal yang perlu diperhatikan adalah keterkaitan ide yang dikandung satu alinea dengan ide yang dikandung alinea berikutnya. Kalau keterkaitan itu tidak ada, maka ceritanya akan tersendat-sendat, tidak ?mengalir?. Pengalaman menunjukkan, hanya berita yang terasa ?mengalir? saja yang disenangi oleh khalayak.
(sumber : http://aliefnews.wordpress.com/2008/01/11/konsep-dasar- berita/)
READ MORE - APA ITU BERITA?

APRESIASI PUISI

APRESIASI PUISI

yaitu mendengar atau membaca puisi dengan penghayatan yang sungguh- sungguh, menulis puisi, mendeklamasikan, dan menulis resensi puisi.

Syarat untuk mengapresiasikan puisi ini adalah sebuah kepekaan batin terhadap nilai- nilai karya sastra, sehingga seseorang dapat mengenal, memahami, mampu menafsirkan, mampu menghayati, dan dapat menikmati karya sastra tersebut.

Distick (1975) menyebutkan ada 4 tingkatan apresiasi
Tingkat menggemari
Tingkat menikmati
Tingkat mereaksi
Tingkat produktif

Puisi Untuk Diapresiasi
1.Puisi Lama
Gurindam

Contohnya pada gurindam 12
Barang siapa mengenal Allah
Suruh dan tegahnya tiada ia menyalah

Barang siapa mengenal akhirat
Tahulah dia dunia mudarat

Barang siapa meninggalkan sembahyang
Seperti rumah tiada bertiang

Pantun
Jenis puisi lama yang terdiri dari empat baris, berima / a b a b/, baris pertama dan kedua adalah sampiran, baris ketiga dan keempat adalah isi.
Contoh

Pulau pandan jauh di tengah
Di balik pulau angsa dua
Hancur badan dikandung tanah
Budi baik terkenang jua


Syair
Syair berasal dari bahasa Arab yang artinya puisi (sajak). Dalam kesusastraan Indonesia, syair berarti puisi lama yang terdiri atas empat baris per bait, berima / a a a a/. semua baris merupakan isi, biasanya tidak selesai dalam satu bait karena digunakan untuk bercerita. Contoh syair Ken Tambuhan
Contoh
Lalulah berjalan Ken Tambuhan
Diiringkah penglipur dengan tadahan
Lemah lembut berjalan pelahan- lahan
Lakunya manis member kasihan

Tunduk menangis segala puteri
Masing- masing berkata sama sendiri
Jahatnya perangai permaisyuri
Lakunya seperti jin dan peri

2.Puisi Angkatan Pujangga Baru
Pada angkatan pujangga baru dikenal bentuk sonata yang berasal dari italia, di bawa ke Indonesia oleh Muh. Yamin. Soneta terdiri atas 14 baris, yaitu tiga bait yang masing- masing terdiri atas empat baris dan satu bait terdiri atas dua baris. Dapat juga terdiri atasdua bait masing- masing terdiri atas empat baris dan dua bait masing- masing terdiri atas tiga baris.

Contoh puisi Menyesal karya Ali Hajmy

Pagiku hilang sudah melayang
Hari mudaku sudah pergi
Sekarang petang dating membayang
Batang usiaku sudah tinggi

Aku lalai di hari pagi
Beta lengah di masa muda
Kini hidup meracun hati,
Miskin ilmu, miskin harta.
Akh, apa guna kusesalkan
Menyesal tua tiada berguna,
Hanya menambah luka sukma.

Kepada yang muda kuharapkan
Atur barisan di hari pagi,
Menuju kea rah padang bakti

Tokoh- tokohnya
Muhammad Yamin
Sanusi Pane
Amir Hamzah
Y.E Tatengkeng
Sutan Takdir Alisyahbana
Rustam Effendi

3.Puisi Angkatan 45
Pada puisi angkatan ini mementingkan isi daripada bentuk.
Tokoh-tokohnya:
Chairil Anwar
Asrul Sani
Sitor Situmorang
Waluyati

Contoh

Bersama- sama bunga digubah
Menjadi rangkaian halus pewangi
Dan pulang kita bersuka hati
Di kala surya terbenam merah.

Di jalan simpang kita berpisah
Gubahan bunga gemetar di tangan
Dan sambil kita berpandangan
Jatuh rangkaian, dua berbelah.
Kuambil seutas, setengah tali
Kau pegang erat,dan kau melompat.

Di kala senja kujalan sendiri
Hanyalah bunga, kau bawa lari
Mengirimkan wanginya ke arahku lagi..

(buku: Apresiasi puisi, Herman J. Waluyo)
READ MORE - APRESIASI PUISI

KEBAHASAAN PUISI

KEBAHASAAN PUISI

Ada tiga bentuk karya sastra yaitu prosa, puisi, dan drama. Puisi adalah karya sastra tertulis yang paling awal dibuat oleh manusia. Karya- karya lama yanag berbentuk puisi, contohnya adalah Mahabrata, Ramayanayang berasal dari India. Drama- drama Sophocles
(Oedipus Sang Raja, Oeidipus di Kolonus, dan Antigone) dan drama- drama Wiliam Shakespeare (Hamlet, Machbeth, dan Romeo dan Juliet) yang juga berbentuk puisi.

Puisi adalah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat dan diberima irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata- kata kias (imajinatif). Ada kekuatan pengucapan melalui diksi kata. Kata- kata yang padat, mewakili makna yang luas dan banyak. Kata- kata dicarikan makna kiasan dan dibuat bergaya dengan bahasa figuratif.

Ciri- ciri kebahasaan puisi

Pemadatan Bahasa
Pemilihan kata yang khas
Makna kias
Contoh: Pagiku hilang sudah melayang
Hari mudaku telah pergi
Kini petang dating membayang
Batang usiaku sudah tinggi
Lambang
Contoh: Dan sepatu yang berat serta nakal
Yang dulu biasa menempuh
Jalan- jalan yang mengkhawatirkan
Dalam hidup lelaki yang kasar dan sengsara
Kini telah aku lepaskan
Dan berganti dengan sandal rumah
Yang tentram, jinak, dan sederhana
Persamaan Bunyi dan Rima
Contoh: Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namaMu

Biar susah sungguh
Mengingat Kau penuh seluruh

Kata Konkret
Penyair menggambarkan sesuatu yang lebih konkret.
Contoh:
Dengan kuku- kuku besi, kuda menebah perut bumi
Bulan berkhianat, gosokkan tubuhnya pada pucuk- pucuk para
Mengepit kuat- kuat lutut penunggang perampok yang diburu

Pengimajian
Pengimajian/ pencitraan adalah kata atau susunan kata- kata yang dapat memperjelas atau memperkonkret apa yang dinyatakan penyair. Apa yang digambarkan seolah- olah dapat dilihat (imaji visual), didengar (imaji auditif), dirasa (imaji taktil)
Contoh:

Setiap kita bertemu, gadis kecil berkaleng kecil
Senyummu terlalu kekal untuk kenal duka
Tengadah padaku, pada bulan merah jambu
Tapi kotaku jadi hilang, tanpa jiwa (imaji visual)


Dengan ketam kupanen terus kesabaran hatimu
Cangkulku iman dan sajadahku lumpur yang kental
Langit yang menguji ibadahku menetaskan cahaya redup (imaji visual)


Ia dengar kepak- kepak sayap kelelawar dan guyur sisa hujan
dari daun
karena angin pada kemuning. Ia dengar resah kuda
lerta
langkah pedati. Ketika langit bersih menampakkan bima sakti (imaji pendengaran)


Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat berjalan
Dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap (imaji perasaan)



Irama
Irama atau ritme berhubungan dengan pengulangan bunyi, kata, frase dan kalimat.
Contoh:
Pagiku hilang/ sudah melayang
Hari mudaku/ telah pergi
Kini petang/ dating membayang
Batang usiaku/ sudah tinggi


Tata wajah
Disebut sebagai puisi konkret karena tata wajahnya mewakili maksud tertentu.
Contoh puisi yang berjudul Doktorandus Tikus 1

Selusin toga
me

nga
nga

seratus tikus berkampus
di atasnya
dosen dijerat
profesor diracun………………….


Hal- hal yang diungkapkam penyair dalam puisi
Tema puisi
Nada dan suasana puisi
Perasaan dalam puisi
Amanat puisi
READ MORE - KEBAHASAAN PUISI

Puisi

PAGI INI JADI LAIN


pagi ini jadi lain
pohon di halaman rumah
telah berubah warna
seperti rambutku,
tak kudapati uban
yang dulu meranggas
dan gegas mencapai
awan. daun dan bunga
tumbuh jadi coklat
seperti rambut boneka
di tangan anak- anak
menari- nari setiap kali
tiba angin sambil
mengelus lembut

pagi ini jadi lain
di kepalaku seperti
tumbuh ladang coklat
hingga pohon di halaman
semakin terpikat
pada warna

Pada warna?
(isbedi s.)



SERUPA EMBUN

embun di ujung daun
yang kutemukan pagi ini
sangat lain dari hari lain
sewarna putih
serupa usiaku yang pipih

kujaga embun dari kejatuhan
tapi daun itu tak berhenti bergoyang
mengikuti tarian angin
hingga membuatku bimbang

mungkin usiaku serupa embun
selalu ragu bertahan di daun
READ MORE - Puisi

HAKIKAT BAHASA

Hakikat Bahasa

Salam semangat dan bersahabat...

"Ku wakilkan hadirku melalui kata
jawaban dari sepi dan sunyi
jawaban dari penantian dan juga pengorbanan..."
(ini merupakan kekuatan kata (bahasa) yang seakan telah mewakili hadirnya)


Arti kata 'hakikat' bila merujuk pada KBBI memiliki pengertian intisari atau dasar. Hakikat bahasa dapat diartikan sebagai sesuatu yang mendasar dari bahasa.

Hakikat Bahasa di antaranya:

1. Bahasa sebagai Simbol
Simbol atau lambang adalah sesuatu yang dapat melambangkan dan mewakili ide, perasaan, pikiran, benda, dan tindakan secara arbitrer, konversional, dan representatif-interpretatif. tidak ada hubungan langsung dan alamiah antara yang menyimbolkan dengan yang disimbolkan. untuk itu baik yang batiniah (inner) seperti perasaan, pikiran, ide, maupun yang lahiriah (outer) seperti benda dan tindakan dapat dilambangkan atau diwakili simbol.

Manusia senantiasa bergelut dengan simbol. Melalui simbol, manusia memandang, memahami, dan menghayati alam dan kehidupannya. Simbol itu sendiri sebenarnya merupakan kenyataan hidup, baik kenyataan lahiriah maupun batiniah yang disimbolkan, karena di dalam simbol terkandung ide, pikiran, dan perasaan, serta tindakan manusia.

Bahasa adalah kombinasi kata yang diatur secara sistematis sehingga dapat dipergunakan sebagai alat komunikasi. Kata adalah bagian dari simbol yang hidup dan digunakan oleh kelompok masyarakat tertentu. Kata bersifat simbolis karena tidak memiliki hubungan langsung atau hubungan instrinsik dengan kenyataan yang diacunya, tetapi hanya bersifat arbitrer dan konversional.
Misalnya kata /b-u-k-u/ tidak ada hubungannya dengan benda yang dirujuk yaitu lembaran- lembaran kertas yang ditulis dan dibaca. Kata /a-p-i/ tidak ada hubungannya dengan sifat kepanasan yang diacunya sehingga walaupun kita mengucapkan kata api berkali- kali, maka mulut kita tidak akan terbakar. Hal itu hanya bersifat arbitrer dan kemudian disepakati menjadi suatu konvensi oleh pemakai bahasa.

Sebuah wacana secara secara totalitas dapat juga berupa simbol. Dalam masyarakat batak dikenal wacana berupa ragam bahasa rataan (wailing language). Bahasa ratapan adalah syair yang diucapkan oleh seseorang ketika dia menangisi orang yang meninggal. Bahasa ratapan melambangkan dan mewakili perasaan si peratap. Bahasa ratapan itu sebagai simbol secara totalitas, tetapi wacana bahasa ratapan itu juga terdiri dari simbol- simbol yang lebih kecil seperti kata, frase, dan kalimat.


2. Bahasa Sebagai Bunyi Ujaran
Telinga kita selalu mendengar bunyi- bunyi yang dihasilkan oleh benda- benda tertentu. o ya, apakah setiap bunyi termasuk bahasa?
Kita mendapat jawaban: TIDAK. Hanya bunyi- bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia (Human Organs of Speech) yang disebut sebagai bahasa.

Bunyi ujaran merupakan sifat kesemestaan atau keuniversalan bahasa. Tak satupun bahasa di dunia ini yang tidak terjadi dari bunyi . Bahasa sebagai ujaran, mengimplikasikan bahwa media komunikasi yang paling penting adalah bunyi ujaran. Jika kita mempelajarai suatu bahasa kita harus belajar menghasilkan bunyi- bunyi suara.

Pada hakikatnya, bunyi (Kridalaksana, 1983:27) adalah kesan pada pusat syaraf sehingga akibat getaran gendang telinga yang bereaksi karena perubahan- perubahan dalam tekanan udara. Bunyi ujaran (speech sound) adalah satuan bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap dan diamati dalam fonetik sebagai fon atau dalam fonologi sebagai fonem.

3. Bahasa Bersifat Arbitrer
Taukah kawan, pengertian arbitrer dalam studi bahasa adalah manasuka, asal bunyi, atau tidak ada hubungan logis antara kata sebagai simbol (lambang) dengan yang dilambangkan. Arbitrer berarti dipilih secara acak tanpa alasan sehingga ciri khusus bahasa tidak dapat diramalkan secara tepat.

Secara leksis, kita dapat melihat kearbitreran bahasa. Kata anjing digunakan dalam bahasa Indonesi, Biang dalam bahasa Batak, Dog dalam bahasa Inggris. hal ini memiliki kata yang berbeda untuk menyatakan konsep yang sama. Kearbitreran bahasa di dunia ini menyebabkan adanya kedinamisan bahasa.

4. Bahasa bersifat Konvensional
Konvensional dapat diartikan sebagai satu pandangan atau anggapan bahwa kata- kata sebagai penanda tidak memiliki hubungan instrinsik atau inhern dengan objek, tetapi berdasarkan kebiasaan, kesepakatan atau persetujuan masyarakat yang didahului pembentukan secara arbitrer. Tahapan awal adalah manasuka/ arbitrer, hasilnya disepakati/ dikonvensikan, sehingga menjadi konsep yang terbagi bersama (socially shared concept).

Setiap kita berbicara, kita terlibat dalam konvensi. Jika seseorang melihat kata kursi atau mendengar bunyi kursii , secara langsung dapat mengetahui bahwa kata itu merujuk pada sesuatu yang lain. Kita tahu bahwa tidak ada hubungan yang inhern antara kata kursi dengan benda kursi. Kata itu merujuk pada benda karena ada konvensi penamaan atau penyebutan benda tertentu dengan suatu nama tertentu.

Konvensi/ kesepakatan akan menentukan apakah kata yang dibentuk secara arbitrer dapat terus berlangsung dalam pemakaian bahasa atau tidak. Suatu bahasa tidak dapat dipaksakan agar dipakai pada suatu kelompok masyarakat bahasa. Kelangsungan hidup suatu bahasa ditentukan oleh kemauan, kebiasaan, atau kesepakatan masyarakat.
Untuk itu.... Banggalah menggunakan bahasa Indonesia....

5. Bahasa Sebagai Sistem
Setiap bahasa memiliki sistem, aturan, pola, kaidah sehingga memiliki kekuatan atau alasan ilmiah untuk dipelajari dan diverifikasi. Pada hakikatnya, setiap bahasa memiliki dua jenis sistem yaitu sistem bunyi dan sistem arti. Sistem bunyi mencakup bentuk bahasa dari tataran terendah sampai tertinggi (fonem, morfem, baik morfem bebas maupun morfem terikat, frase, paragraf, dan wacana). Sistem bunyi suatu bahasa tidak secara acak- acakan, tetapi mempunyai kaidah- kaidah yang dapat diterangkan secara sistematis. Sistem arti suatu bahasa merupakan isi atau pengertian yang tersirat atau terdapat dalam sistem bunyi.

Sistem bunyi dan sistem arti memang tidak dapat dipisahkan karena yang pertama merupakan dasar yang kedua dan yang kedua merupakan wujud yang pertama.

6. Bahasa Bermakna
Makna adalah arti, maksud atau pengertian yang diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan untuk menghubungkan bentuk kebahasaan tersebut dengan alam di luar bahasa atau semua hal yang ditunjuknya. Macam- macam makna:

* Makna Leksis
Makna unsur- unsur bahasa terlepas dari penggunaannya atau konteksnya. Makna leksis sering disebut makna sebagaimana yang ada di dalam kamus atau makna sebenarnya. Misalnya kata laki- laki mempunyai makna pria atau manusia yang berjenis kelamin jantan.

*
Makna Kiasan
Makna unsur- unsur bahasa yang didasarkan pada perasaan atau pikiran yang berada di luar makna sebenarnya. Misalnya Buah bibir memiliki makna menjadi pembicaraan orang.

*
Makna Kontekstual
Makna unsur bahasa yang didasarkan pada hubungan antara ujaran dengan situasi ketika ujaran itu dipergunakan. Misalnya kata bagus dapat berarti jelek ketika seorang ayah mengejek anaknya yang malas belajar, kalimat yang digunakan patutlah nilaimu sangat bagus.

*
Makna gramatis
Makna yang diperoleh berdasarkan hubungan antara unsur- unsur bahasa dalam satuan- satuan yang lebih besar. Misalnya pada kata dia mencintai ibunya, bermakna sebutan atau perbuatan aktif.

7. Bahasa Bersifat Produktif
Hal ini diartikan sebagai kemampuan unsur bahasa untuk menghasilkan terus- menerus dan dipakai secara teratur untuk membentuk unsur- unsur baru. Prefik /meN-/ dan /di-/, misalnya dapat melekat pada setiap kata kerja dan fungsinya masing- masing membentuk kata kerja aktif dan kata kerja pasif dalam bahasa Indonesia.

8. Bahasa Bersifat Universal
Bahasa merupakan sesuatu yang berlaku umum dan dimiliki setiap orang. Pada sifat internal bahasa, universal adalah kategori linguistikyang berlaku umum untuk semua bahasa.

9. Bahasa Bersifat Unik
Hal ini terlihat dari studi bahasa adalah kategori bahasa yang tersendiri bentuk dan jenisnya dari bahasa lain. Setiap bahasa ada perbedaan dengan bahasa lain meskipun termasuk dalam bahasa serumpun.

10. Bahasa Sebagai Komunikasi
Menjadi penyampai pesan dari penyapa kepada pesapa (penerima). Komunikasi harus bermakna atau berarti baik bagi penyapa atau pesapa. Komunikasi dapat bermakna jika sistem tanda yang digunakan sebagai alat komunikasi dapat informatif. (Hakikat Bahasa_Drs. Robert Sibarani, M.S)
READ MORE - HAKIKAT BAHASA

Pengertian Bahasa

PENGERTIAN BAHASA

Salam semangat dan bersahabat.
"Hati ini tergerak untuk mengulas kembali Pengertian dan Hakikat Bahasa, ketika semua harus terbahasakan dengan baik."

Ketika mendefinisikan tentang pengertian bahasa, para ahli bahasa memiliki pandangan masing- masing. Hal ini sesuai dengan pengalaman yang diperoleh, bakat, kemampuan, dorongan, dan lingkungan mereka. Definisi yang mereka berikan terlalu pragmatis dan menuntut kekongkretan sehingga definisi itu hanya mampu melingkupi sebagian pengertian bahasa.

Beberapa definisi bahasa di bawah ini:
1. Barber dalam bukunya The Story of Language (1964-:21)
Bahasa adalah suatu sistem tanda yang berhubungan dengan lambang bunyi- bunyi suara dan digunakan oleh suatu kelompok masyarakat untuk berkomunikasi dan bekerja sama.

2. Wardhaugh dalam bukunya An Introduction to Linguistics (1977:3)
Bahasa adalah suatu sistem lambang bunyi suara yang arbitrer, yang digunakan untuk berkomunikasi antarmanusia.

3. Badudu dalam bukunya Inilah Bahasa Indonesia yang Benar III (1989:3)
Bahasa adalah alat penghubung, alat komunikasi anggota masyarakat yaitu individu- individu sebagai manusia yang berpikir, merasa, dan berkeinginan. Pikiran, perasaan, dan keinginan baru berwujud bila dinyatakan, dan alat untuk menyatakan adalah bahasa.

4. Trager dalam bukunya The Field of Linguistics (1949:18)
Bahasa adalah sistem simbol- simbol bunyi ujaran yang arbitrer yang digunakan oleh anggota masyarakat sebagai alat untuk berinteraksi sesuai dengan keseluruhan pola budaya mereka.

5. Sapir dalam bukunya Language (1921:80)
Bahasa adalah metode atau alat penyampai ide, perasaan, dan keinginan yang sungguh manusiawi dan noninstingtif dengan mempergunakan sistem simbol- simbol yang dihasilkan dengan sengaja dan sukarela.

6. Saussure dalam bukunya Course in General Linguistics (1966:16)
Bahasa
adalah suatu sistem tanda yang mengapresiasikan ide- ide dan oleh sebab itu dapat dibandingkan dengan sistem tulisan, alfabet orang- orang yang bisu- tuli, upacara- upacara simbolis, formula- formula yang bersifat sopan, isyarat- isyarat dan sebagainya. Akan tetapi, bahasa adalah sistem tanda yang paling penting dari semua sistem tanda itu.

7. Bolinger dalam bukunya Aspects of Language (1975:15)
Bahasa
adalah sistem komunikasi yang berhubungan dengan suara dan pendengaran, yang berinteraksi dengan pengalaman- pengalaman pemakainya, menggunakan tanda- tanda konvensional berupa unit- unit pola bunyi yang arbitrer dan dipergunakan sesuai dengan aturan tertentu.

8. Kridalaksana dalam bukunya Kamus Linguistik (1983:17)
Bahasa adalah sistem lambang yang arbitrer yang digunakan oleh suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri.

9. Keraf dalam bukunya Tata Bahasa Indonesia (1984:16)
Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat, berupa lambang bunyi suara, dihasilkan oleh alat ucap manusia.

Dari beragam pendapat di atas, dapat ditemukan tiga sifat bahasa yang sama- sama diutamakan:
* Bahasa sebagai sistem tanda atau sistem lambang
* Bahasa sebagai alat komunikasi
* bahasa digunakan oleh kelompok masyarakat atau manusia.

Selain itu, bahasa adalah bunyi suara, bersifat arbitrer, manusiawi, berhubungan dengan suara dan pendengaran, konvensional, dan bersistem.
(Hakikat Bahasa_Drs. Robert Sibarani,M.S)





































































































READ MORE - Pengertian Bahasa